Profil Daerah Irigasi Katon Komplek Kabupaten Lombok Tengah – WS Lombok

A. Kondisi Geografis

sasaqgagah – Daerah Irigasi Katon Kompleks Kabupaten Lombok Tengah meliputi areal persawahan seluas 7.495 hektar, meliputi 2 Kabupaten, 4 kecamatan dan 14 Desa yang terletak di Kecamatan Janapria, Kecamatan Praya Timur, Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah dan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Secara geografis Kabupaten Lombok Tengah terletak pada kedudukan : Barat – Timur antara 116 o 05 ’ sampai 116 o 24 ’ bujur Timur; Utara – Selatan antara : 08 o 24 ’ sampai 08 o 57 ’ lintang Selatan.

B. Topografi

Berdasarkan kondisi topografi, Daerah Irigasi Katon Kompleks merupakan wilayah Kabupaten Lombok Tengah bagian timur dan selatan dengan karakteristik sebagian besar wilayah ini merupakan daerah dataran rendah. Potensi yang dimiliki antara lain adalah pertanian padi dan palawija, yang didukung oleh lahan persawahan yang luas dan sarana irigasi yang memadai. Wilayah yang membujur dari utara ke selatan tersebut mempunyai letak dan ketinggian yang bervariasi mulai dari nol (0) hingga 2000 meter dari permukaan laut. Secara garis besar topografi masih mirip dengan kabupaten lain di Pulau Lombok.

C. Iklim dan Curah Hujan

Daerah Irigasi Katon Komplek memiliki iklim tropis dengan musim kemarau yang kering. Musim hujan yang biasanya terjadi sekitar tujuh sampai delapan bulan pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi pada tahun 2012 terjadi sepanjang tahun yakni dari bulan Januari hingga Desember. Jumlah hari hujan perbulan di Kabupaten Lombok Tengah berkisar antara 1 hingga 24 hari. Jumlah hari terbanyak terjadi pada bulan Januari dan Desember dengan curah hujan 493 mm pada bulan Januari dan 389 mm pada bulan Desember. Sedangkan hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Juni dan Agustus yang hanya terjadi hujan 1 hari. (Sumber : Bappeda Kab. Lombok Tengah Tahun 2013, Buku Profil Daerah Kab. Lombok Tengah Tahun 2013, Hal 6).

Perubahan iklim menjadi fenomena yang penting untuk dipertimbangkan. Pada wilayah pesisir, trend peningkatan elevasi laut pasang mulai menimbulkan abrasi tanah pantai, dan juga berpengaruh pada efektifitas system drainase pada Daerah Irigasi di wilayah datar dekat laut. Pada wilayah perbukitan, terjadi peningkatan intensitas curah hujan, yang mengakibatkan banjir pada sungai dan erosi tanah dalam DAS. Kedua hal in berpengaruh kepada kapasitas bendung-bendung irigasi yang ada, dan fasilitas pencegahan masuknya lumpur pada saluran induk (kantong lumpur).

Berdasarkan klasifikasi (Schmid dan Ferguson), memiliki iklim C dan iklim D, yaitu hujan tropis dengan musim kemarau kering, yaitu mulai bulan November sampai dengan Mei, sementara curah hujan berkisar antara 1.000 hingga 1750 mm per tahun.

Arah angin yang terjadi tiap tahun sebagai berikut : (a) pada bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah Barat Laut, dan (b) pada bulan Juli sampai Agustus angin betiup dari arah Tenggara dengan kecepatan rata-rata 29,00 km/jam.

D. Sumber Air (WS)

Daerah Irigasi Katon Kompleks terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Renggung. Sungai Renggung memiliki panjang 47,45 km. Sumber air irigasi yang utama adalah air permukaan dari Sungai Renggung yang selama ini dimanfaatkan untuk mensuplai air irigasi pada musim kemarau ke DI Katon Kompleks dengan system interkoneksi HLD Renggung.

Di sungai renggung sendiri terdapat tiga bendung yaitu bendung Katon, bendung Mujur I dan Mujur II. Khusus untuk DI Katon Kompleks memanfaatkan bendung Katon dan Mujur I sedangkan bendung Mujur II untuk mengairi DI Mujur II. Bendung Katon airnya dimanfaatkan untuk mengairi sub-DI Katon dan Mujur I untuk mengairi sub-DI Mujur I dan Batu Ngapah. Bagian timur wilayah DI Katon Kompleks terdapat sub-DI Tibunagke dan sub-DI Kulem yang juga mendapatkan suplesi dari sistem HLD Babak – Renggung – Rutus.

E. Data Teknis Daerah Irigasi Katon Kompleks

Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi pembawa dan saluran pembuang. Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran irigasi pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier serta kuarter. Ditinjau dari letaknya saluran irigasi pembawa dapat pula dibedakan menjadi saluran garis tinggi/kontur dan saluran garis punggung (Mawardi. E, 2007).

Saluran primer dan sekunder DI. Katon Kompleks yaitu saluran pasangan dan saluran tersier mayoritas merupakan saluran tanpa pasangan atau saluran tanah. Data teknis saluran irigasi Katon Kompleks terdiri dari jaringan irigasi (induk, sekunder, tersier) dan bangunan irigasi. DI Katon Kompleks memiliki panjang saluran induk 2.884 meter, saluran sekunder 26.572 meter.

Berikut daftar saluran yang ada di DI Katon Kompleks:
1. Daerah Irigasi Katon
Saluran (196661 m) :
a. Saluran induk Katon : 3700 m
b. Saluran sekunder Katon  : 1586 m
c. Saluran sekunder Sengkerang : 6304 m
d. Saluran sekunder Beleka : 1109 m
e. Saluran sekunder Aik Paek : 1111 m
f. Saluran Sekunder Penambang : 3655 m
g. Saluran Sekunder Sambi Mati : 2196 m

2. Daerah Irigasi Tibunangke
Saluran ( 28676,47 m) :
a. Saluran induk Tibunangke : 1441 m
b. Saluran Sekunder Tibunangke : 2470,6 m
c. Saluran Sekunder Ganti : 5808,4 m
d. Saluran Sekunder Legu : 6601,21 m
e. Saluran Sekunder Lengkok Lauk : 7880,1 m
f. Saluran Sekunder Montong Lisung : 3057,2 m
g. Aluran Sekunder Batu Belah : 1717,96

3. Daerah Irigasi Kulem
Saluran (14938 m) :
a. Saluran Induk Kulem : 3864 m
b. Saluran Induk Matek Maling : 746 m
c. Saluran Sekunder Kulem Bilelando : 3916 m
d. Saluran Sekunder Kulem Pengantap : 2852 m
e. Saluran Muka Kulem Pengantap : 1700 m
f. Sauran Sekunder Selayar : 1438 m
g. Saluran Muka Selayar : 422 m

4. Daerah Irigasi Mujur 1
Saluran (8642 m) :
a. Saluran Induk Mujur 1 : 1994 m
b. Saluran Sekunder Sengkerang : 3119 m
c. Saluran Sekunder Nyampe : 3349 m

5. Daerah Irigasi Batungapah
Saluran (5480 m) :
a. Saluran Induk Batungapah : 2230 m
b. Saluran Sekunder Pengantap : 850 m
c. Saluran Sekunder Semoyang : 1650 m
d. Saluran Muka Semoyang : 750 m

6. Daerah Irigasi Embung Pare
Saluran (2400 m) :
a. Saluran Induk Embung Pare : 2400 m

7. Daerah Irigasi Bileremong
Saluran (2286 m) :
a. Salurran Induk Bileremong : 1300 m
b. Saluran Sekunder Montong Kelelik : 986 m

Bangunan irigasi dalam jaringan irigasi teknis Katon Kompleks mulai dari awal sampai akhir dibagi menjadi 4 (empat) kelompok yaitu; 1) bangunan pada saluran pembawa yaitu bangunan pengambilan/penyadapan, pengukuran dan pembagian air, 2) bangunan pelengkap untuk mengatasi halangan sepanjang saluran dari bangunan lain, 3) rumah dinas, 4) jalan inspeksi.

F. Inventarisasi Kondisi Daerah Irigasi Katon Kompleks

Jaringan irigasi pada DI Katon Kompleks terdiri dari saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan pelengkap lainnya. Saluran pembawa terdiri dari saluran primer, saluran sekunder, dan tersier serta kwarter. Berdasarkan letaknya saluran pembawa pada DI Katon Kompleks adalah saluran garis tinggi/kontur. Selain saluran pembawa juga terdapat saluran pembuang yang mengalirkan kelebihan air secara gravitasi dan berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk mencegah terjadinya genangan yang dapat merusak akar tanaman. Dalam budidaya SRI saluran pembuang memberikan fungsi yang besar untuk menjaga kestabilan air secara intermitten.

G. Jadwal Pengairan

Jadwal pengairan sudah ditetapkan untuk wilayah DI Katon Kompleks selama 6 (enam) hari dimulai pada tanggal 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 setiap bulan dengan debit rata-rata 2,6 m³. Estimasi kebutuhan air untuk DI Katon Kompleks dengan luas areal kurang lebih 7.495 hektar dengan angka kebutuhan standar 1 liter/detik adalah 7.495 ha x 1 liter/detik = 7.495 lt/det. Dari estimasi tersebut maka DI Katon Kompleks masih kekurangan air sebesar 7.495 – 2600 lt/det = 4.895 lt/det. Dari debit rata-rata yang tersedia maka distribusi air ke masing-masing petak tersier belum merata terutama wilayah hilir. Untuk memenuhi kekurangan air yang ada maka dilakukan koordinasi dengan GP3A dan Pengamat DI Jurang Batu untuk mendaparkan bantuan air dan dari koordinasi tersebut DI Katon Kompleks mendapatkan tambahan air sebesar 1 m2 pada tanggal 1 – 2 setiap bulannya.

H. Pola Tanam

Rencana pola tanam di DI Katon Kompleks adalah Padi – Padi/Palawija – Palawija/Bero dengan rincian sebagai berikut : (1) Katon : 1885/0/0 – 658/1227/0 – 0/658/1227, (2) Tibunangka : 2275/0/0 – 117/2158/0 – 0/87/2171, (3) Kulem : 1118/0/0 – 8/1110/0 – 0/8/1110, (4) Embung Pare : 600/0/0 – 341/377, (5) Mujur I : 718/0/0 – 341/377/0 – 0/341/377, dan (6) Batu Ngapah : 583/0/0 – 48/535/0 – 0/48/535. (sumber : Bidang SDA Kab. Lombok Tengah, 2016). Dari data diatas, luas areal pertanaman padi pada MT-1/MH adalah 7179 Ha (100%) dan pada MT-2/MK-1 adalah 1172 Ha (16,3%). Indeks pertanaman padi di DI Katon Kompleks sebesar 116,3%.

I. Kelembagaan Petani Pemakai Air

Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan salah satu lembaga pengelola irigasi yang pembentukannya diatur melalui Peraturan Menteri. Kelembagaan ini dibentuk berdasarkan pendekatan hidrologis sehingga terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu ;(1 )Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) ; Jaringan Terier, (2) Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) : Jaringan Sekunder, dan (3) Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) : Jaringan Primer

Berdasarkan kondisi eksisting pada DI Katon Kompleks terdapat sebanyak ; 34 P3A; 8 GP3A dan 1 IP3A. Dimana sebagian besar dari lembaga tersebut belum memiliki legalitas hukum pembentukan. Status hukum P3A/GP3A/IP3A terdiri dari tiga tingkatan yaitu ; (1) AD/ART sudah disahkan oleh kepala daerah, (2) sudah memiliki akta notaris, dan (3) sudah terdaftar di pengadilan negeri setempat. (amaq & inaq seruni, 25/12/2017)

 

Tinggalkan komentar