1. Latar Belakang
sasaqgagah – Usahatani adalah suatu usaha pertanian. Pertanian sendiri merupakan suatu kegiatan manusia dalam suatu bidang yang berdasarkan pada proses biologi dari tumbuhan dan hewan, suatu proses yang mengubah unsur anorganik menjadi senyawa organik dengan melalui tumbuhan dan hewan (Widodo, 2008). Pertanian juga disebut sebagai proses produksi yang khas yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan (Mosher, 1966; Banoewidjoyo, 1978; Widodo, 2008). Pertanian merupakan suatu pola teknologi, yang memerlukan energi, mengalirkan energi, memproses energi, mengubah energi, dan menghasilkan energi (Hasan, 2010).
Dari aspek agronomi diversifikasi usaha tani sangat perlu untuk dilakukan karena beragamnya komoditi yang dikembangkan oleh petani sesuai dengan permintaan pasar. Berdasarkan kebiasaan pola tanam petani di Jurang Sate beberapa komoditi yang banyak dikembangkan selain padi adalah palawija dan hortikultura. Jenis palawija yang dikembangkan adalah komoditi kedelai kira-kira 40%, kacang tanah 45%, jenis komoditi hortikultura 15%.
Untuk memenuhi standart permintaan pasar maka dilakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada petani untuk meningkatkan produksi dan kualitas komoditi terutama untuk komiditi hortikultura. Penekanan pembinaan adalah mengarahkan petani untuk dapat memproduksi komoditi pertanian dengan kadar residu pestisida rendah dan atau zero pestisida. Pada daerah-daerah hilir yang selalu mengalami kekurangan pasokan air irigasi misalnya desa Batutulis, Bagu, Labulie, Batujai, Darek, Setanggor, Penujak dan Ungge pendampingan mengarahkan petani untuk mengembangkan tanaman hemat air seperti kedelai toleran kering bahkan melakukan bero. Dari analisis rata-rata luas lahan garapan petani berkisar 0,25 – 0,35 hektar komoditi padi masih belum memberikan peningkatan pendapatan keluarga petani, maka langkah strategisnya adalah mengembangkan komoditi bernilai ekonomi tinggi antara lain adalah jagung.
Di Indonesia, jagung merupakan komoditas tanaman pangan kedua terpenting setelah jagung, berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke-3 setelah gandum dan padi. Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sudah banyak dibudidayakan oleh para petani. Jagung merupakan sumber makanan pokok pertama dan jagung sebagai sumber makanan pokok kedua setelah nasi. Walau demikian, jagung sangat banyak dibutuhkan untuk membuat pakan ternak ataupun untuk dibuat sebagai tepung tapioka. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.
Jagung merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung sumber hidrat arang dan memiliki kalori dan protein yang hampir sama dengan padi. Penyajian makanan/masakan dari jagung dapat dikombinasikan dengan bahan makanan lain sehingga dapat melengkapi zat makanan yang terkandung didalamnya.
Tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya dan banyak sekali gunanya. Oleh karena itu, hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, antara lain; (a) batang dan daun muda: pakan ternak, (b) batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos, (c) batang dan daun kering: kayu bakar, (d) Batang jagung: lanjaran (turus), (e) batang jagung: pulp (bahan kertas), (f) buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goring, dan (g) biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
Selain itu, komoditas jagung semakin banyak dibudidayakan secara komersial, hal ini terbukti dengan adanya daerah-daerah sentra penanaman jagung seperti di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah), Sulawesi Utara, Kalimantan, NTT, dan Maluku. Untuk itu, produksi jagung dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini dapat berperan sekali terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat luas baik untuk dikonsumsi sebagai sayur maupun untuk memenuhi kebutuhan pedagang besar atau agroindustri.
Semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, jagung menjadi semakin banyak dibutuhkan. Peningkatan kebutuhan ini merupakan ladang emas bagi petani jagung. Namun, hal tersebut tidak terwujud sampai saat ini. Oleh karena itu teknik budidaya jagung harus ditingkatkan. Dengan demikian, alangkah baiknya usaha budidaya jagung harus ditingkatkan dengan baik dan maksimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar dan serangan hama.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23º C – 30º C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000 m -1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.
Tujuan kegiatan pengembangan usaha tani komoditas jagung hybrida adalah sebagai berikut : 1) Petani dapat mengetahui dan mengamati pertumbuhan tanaman jagung mulai dari persiapan penanaman hingga panen. 2) Petani dapat mengetahui teknik budidaya dan mengidentifikasi hama penyakit pada tanaman jagung secara langsung dilapangan. 3) Petani dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. 4) Sebagai bahan perbandingan hasil dan pendapatan antara berbagai komoditas yang dapat diusahatanikan oleh petani pada MT-3/MK-2. 5) Petani dapat menganalisis kelebihan dan kelemahan teknis pengelolaan budidaya jagung. 6) Petani dapat mengetahui pola pengelolaan air yang optimal pada tanaman jagung dan kaitannya dengan profuktivitas tanaman.
2. Mengenal Komoditas Jagung
2.1. Botani Jagung
Tanaman jagung termasuk golongan tanaman semusim dan berasal dari famili Gramineae. Tanaman ini mudah dikenal oleh siapapun karena jagung mudah dijumpai dimana saja. Selain itu tanaman ini sangat familiar karena peranannya yang penting terhadap pemenuhan karbohidrat dan sebagai tanaman pangan ke-2 terpenting setelah tanaman jagung.
Secara ilmu taksonomi, sistematika tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Plantae, Division Spermartophyta, Sub-divisio Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Ordo Graminae, Familia Graminaceae, Genus Zea, dan Spesies Zea mays L.
2.2. Morfologi Jagung
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.
Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Akar tanaman jagung terlebih dahulu tumbuh dari ujung biji sebelah bawa, yaitu dekat tempat ujung biji menempel pada jenggel, akar ini dinamakan akar “temporer” atau akar sederhana, yang berfungsi untuk mempertahankan berdirinya kecambah dalam waktu yang tidak lama, Akar permanen muncul pada umur tanaman 6-10 hari setelah tanam. Akar permanen ini tumbuh dari bawah sekitar 2.5 cm dari permukaan tanah. Pada mulanya akar permanent tumbuh lateral sampai kira-kira umur 9-12 hari setelah tanam, kemudian setelah akar tumbuh ke bawah. Ada 4 macam akar yang dihasilkan atau terdapat pada tanaman jagung yaitu : (1) Akar tunggang atau utama yang keluar dari pangkal batang berjumlah antara 20 -30. (2) Akar lateral berjumlah akar yang tumbuh pada bagian akar utama, jumlahnya mencapai ratusan untuk tiap akar utamanya dengan panjang 2,5-25 cm. (3) Bulu-bulu akar halus yang terdiri dari satu sel dan dengan jumlah yang tak terhingga. Bulu akar ini tumbuh dari ujung-ujung akar utama dan akar lateral. (4) Akar rambut tumbuhnya sebentar, kemudian mati dan digantikan oleh akar rambut yang baru, atau pada daerah titik tumbuh akar. Akar rambut memiliki fungsi sebagai penghisap hara tanaman maupun air tanah dan tidak tumbuh lama seperti akar-akar lainnya.
Batang tanaman jagung sangat berbeda dengan batang tanaman jagung-jagungan lainnya, yaitu batang tanaman jagung berbentuk silindris dan padat (solid) sedangkan jagung-jagungan umumnya berlubang. Batang tanaman jagung terisi oleh teras, dimana didalam teras tersebut terdapat bekas-bekas pembuluh yang tidak beraturan. Di sebelah luar jumlah berkas pembuluh itu lebih banyak sehingga dapat menguatkan batang tanaman. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas biasanya 14 (antara 8-21). Tinggi batang berbeda-beda dari 90cm untuk varietas-varietas berumur genjah atau varietas yang berhabitus pendek, malah Pop Corn (Zea mays everta) tingginya hanya diantara 30-50 cm, sedangkan kebanyakan tanaman jagung mempunayai ketinggian antara 1,50-3 meter, kadang-kadang ada yang tingginya lebih dari 3 meter.
Anakan atau tiller tumbuh di buku daun pertama. Tiap-tiap tanaman jagung mempunyai beberapa pucuk yang laten, yang sewaktu-waktu dapat tumbuh apabila keadaan lingkungan yang kurang baik; bila tidak, mereka akan tetap tinggal dormansi. Apabila tiller ini tumbuh dengan baik, ia akan mempunyai fungsi yang sama seperti batang utama.
Jumlah daun untuk tiap tanamannya berbeda-beda yaitu antara 8 sampai 48 dengan rata-rata 12-18 helai. Jagung yang berumur genjah pada umumnya berdaun banyak. Panjang daun pun berbeda-beda yaitu berkisar antara 30 dan 150 cm sedangkan lebarnya dapat mencapai 15 cm.Daun terdapat pada buku-buku batang dan terdiri dari 3 bagian yaitu kelopak daun: (1) kelopak daun pada umumnya membungkus batang secara keseluruhan, sehingga bukunya tertutup kelopak dan seringkali tidak tampak Karena kelopak daun melingkari batang, (2) lidah daun terletak diantara helaian daun dan kelopak daun yang sering disebut sebagai ligula yang berbulu dan berlemak. Ligula memiliki fungsi untuk mencegah air masuk ke dalam bagian antara kelopak daun dan batang, (3) helaian daun berbentuk memanjang dan terdapat ibu tulang daun, yagn diikuti dalam arah sejajar oleh tulang daun lainnya. Pada helaian bagian atas, terdapat sel-sel higroskopis atau sel-sel kipas.
Tanaman jagung termasuk ke dalam tanaman yang berumah satu atau monoeucus; dimana bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah dalam satu tanaman. Bunga jantan atau staminate terapat pada malai yang terletak di ujung batang tanaman sebelah atas. Bunga ini keluar kira-kira tanaman telah mencapai setengah dari umur sejak mulai tumbuh sampai siap panen. Bunga betina atau rambut pada tongkol dipandang sebagai cabang dari batang utama, dimana cabang tersebut mempunyai jumlah ruas yang sama dengan ruas batang utama. Bagian yang terpenting dari bunga betina adalah ovary atau pelindung sel telur yang dilindungi oleh semacam carpel yang tumbuh terus menjadi rambut (tangkai putik). Rambut ini akan tambah panjang dan berakhir di ujung tongkol yang digunakan untuk keperluan pembuahan yaitu digunakan pada saat tepung sari telah melekat pada pada rambut-rambut jagung tadi.
3. Varietas
Jenis jagung dapat dikelompokan menurut umur dan biji. Kelompok jagung menurut umur tanamannya adalah sebagai berikut : (1) Berumur pendek (genjah), 75- 90 hari. Contohnya Genjag Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjunna. (2) Berumur sedangan (tengahan), 90-120 hari. Contohnya Hibrida C1, Hibrida CP1, Hibrida CP2, Hibrida IPB4, Hibrida Pioneer 2, Malin, Metro, dan Pandu. (3) Berumur panjang, lebih dari 120 hari. Contohnya, Kania putih, Bastar, Kuning Bima dan Harapan.
Sedangkan kelompok jagung menurut bentuk biji dapat dibedakan menjadi : (1) Dent corn (Zea mays inderata), jagung ini disebut jagung gigi kuda karena bentuk biji seperti gigi kuda, pati yang keras menyelubungi pati yang lunak sepanjang tepi biji tetapi tidak sampai ke ujung. (2) Flint Corn (Zea mays indurata), jagung ini dinamakan jagung mutiara. Biji sangat keras, pati yang lunak sepenuhnya diselubungi oleh pati yang keras, tahan terhadap serangan hama gudang, (3) Sweet Corn (Zea mays sacharata), jagung ini disebut jagung manis. Endosperm berwarna bening, kulit biji tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut, (4) Pop Corn (Zea mays everta), jagung ini dikenal dengan nama jagung berondong. Biji sangat kecil, keras seperti halnya pada jagung flint, proporsi pati yang lunak lebih kecil disbanding tipr flint, (5) Flour Corn (Zea mays anylacea), jagung ini disebut dengan nama jagung bertepung. Endosperm hampir seluruhnya berisi pati yang lunak, biji yang sudah kering permukaannya berkerut, (6) Pod Corn (Zea mays aunicula), jagung ini disebut jagung polong. Tiap butiran biji diselubungi oleh polong atau kelobot yang memebntuk tongkol yang juga diselubung oleh kelobot. Jagung ini tidak digunakan untuk produksi, dan (7) Waxy Corn (Zea mays ceratina), jagung ini dinamakan jagung berlian. Biji berwarna buram, endosperm lunak pati mengandung arglopektin merupakan sumber energi terbaik untuk makanan ternak.
4. Kegiatan Budidaya Jagung
4.1. Pemilihan Benih
Praktek budidaya jagung yang telah diaplikasikan oleh program Soft Component BWS Nusa Tenggara I (2013-2014) di Daerah Irigasi Jurang Sate Hulu Kecamatan Pringgarata dimulai dari kegiatan pemilihan benih yang dilaksanakan secara partisipatif melibatkan petani kooperatif demfarm. Dari berbagai analisa, masukan dan konsultasi teknis dengan pihak terkait maka dalam pelaksanaan budidaya ini benih jagung yang menjadi pilihan petani adalah varietas Pioner 27. Adapun deskripsi dari varietas ini adalah sebagai berikut : hibrida silang tunggal, tahan terhadap kekeringan, batang kokoh, klobot menutup sempurna, pengisian biji penuh, ukuran tongkol besar, jumlah baris biji 14-18, daun tegak dan lebar, tanaman dan tongkol seragam, polen banyak, tahan karat daun, dan daun masih hijau saat panen.
Benih jagung yang ditanam diperoleh dari toko pertanian tanpa melakukan pembenihan sendiri. Untuk benih jagung tidak dilakukan persemaian terlebih dahulu karena benihnya termasuk benih yang berukuran cukup besar sehingga tidak ada perlakuan benih dan ditanam langsung ke lapangan.
3.2. Penyiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk lokasi budidaya jagung seluas 5 hektar merupakan lahan sawah yang telah mengalami gagal panen karena serangan hama wereng pada MT-2/MK-1. Teknologi budidaya yang akan diterapkan oleh petani adalah budidaya jagung Tanta Olah Tanah atau biasa disebut dengan ToT. Pengolahan tanah tidak dilakukan dan hanya melakukan persiapan lahan dengan cara : membersihkan lahan dari sisa tanaman padi dan gulma, dan membuat parit-parit disekeliling petak sawah.
4.3. Penanaman
Sebelum benih jagung ditanam, terlebih dahulu lahan diairi sampai basah tetapi tidak sampai menggenangi lahan dan hanya bertujuan untuk mempertahankan kelembaban tanah tetap pada 60 % sebagai media yang tepat bagi benih untuk berkecambah. Dibuat jarak tanam dengan ukuran 20 x 70 cm dengan lubang tanam sedalam 3-5 cm. Lubang tanam dibuat menggunakan alat tugal sederhana dari kayu gamal. Penanaman ini dilaksanakan dengan cara meletakkan benih jagung sebanyak 1 biji/lubang tanam kemudian ditutup kembali dengan kompos tipis. Jumlah populasi per 1 hektar atau 10.000 m2 dengan jarak tanam 20 x 70 cm adalah : Populasi tanaman = luas lahan / jarak tanam = 10.000 m2 / 0.70 x 0.20 cm = 71.428 tanaman.
4.4. Penyulaman dan Penjarangan
Kegiatan penyulaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang tumbuh abnormal atau mati digantikan dengan benih baru yang sehat dan varietas yang sama. Penyulaman dilakukan pada umur 1-2 minggu setelah tanam. Penjarangan dilakukan jika dalam satu lobang tanam tumbuh 3-4 bibit jagung sehingga perlu dicabut bibit lainnya sampai tersisa satu bibit perlubang tanam.
4.5. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan lahan pertanaman jagung dari gulma dengan menggunakan alat bantu seperti cangkul dan sabit secara hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman. Penyiangan dilakukan pada umur 2 minggu dan berikutnya dilakukan tergantung pertumbuhan gulma lahan. Adapun jenis gulma yang ditemukan tumbuh di areal pertanaman jagung adalah babadotan (Aregatum conyzoides L.), putri malu (Mimosa pudica), Jampang (Digitaria sp), teki (Cyperus rotundus L.), gelang (Portilaca oleracea L.), belulang (Eleusine indica), bayam duri (Amanthus spinous), dan semanggi (Marsiela crenata). Pembumbunan dilakukan sebelum pemupukan ke-2, pembumbunan bertujuan untuk memperkuat tegakan jagung, drainase dan konservasi tanah dan air, disamping itu dengan melakukan pembumbunan sekaligus akan melakukan penyiangan gulma. Dibeberapa lahan petani melakukan pengendalian gulma dengan penyiangan secara manual menggunakan sabit, penyiangan gulma dimaksudkan untuk menghilangkan tumbuhan inang hama dan mengurangi persaingan tanaman untuk memperoleh unsur hara, air, sinar matahari antara tanaman jagung dan gulma.
4.6. Pemupukan
Tanaman Jagung hybrida merupakan tanaman yang membutuhkan unsur hara tinggi. Untuk dapat berbuah secara optimal maka Jagung harus diberikan pupuk secara berimbang terdiri dari Urea dan NPK. Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, pemupukan pertama yaitu pada umur tanaman 7 -10 HST dengan dosis 150 Kg NPK dan 50 Kg Urea, pemupukan kedua pada umur tanaman 25 – 35 HST dengan dosis 150 Kg NPK dan 50 Kg Urea, dan pemupukan ketiga pada saat umur tanaman 40 – 45 HST diberikan 100 Kg Urea. Sebelum pemberian pupuk sebaiknya tanaman diberi air untuk melembabkan tanah agar pelarutan NPK dan Urea lebih cepat terjadi. Cara pemupukan yang dilakukan adalah dengan cara disimpan pada lubang pupuk dengan jarak antara batang tanaman dengan lubang pupuk 5 – 10 cm, kemudian pupuk ditutup kembali dengan tanah. Disamping menggunakan pupuk urea dan pupuk npk, pemupukan dilahan demfarm juga menggunakan Pupuk Organik Cair (POC) Suryo. Penggunaan pupuk organik cair tersebut berperan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan produktivitas tanaman dan juga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.
4.7. Pengairan
Setelah benih ditanam, dilakukan pengairan secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung. Pada lokasi demfarm pengairan dilakukan secara intermitten dengan interval 10 hari. Pola pengairan menggunakan estimasi model Rhoads (1986) sebagai berikut : (1) Pada umur 0-20 hst pada fase Seedling kebutuhan air 1,5 ml per hari total perperiode 30,5 ml. (2) Umur 20-30 hst pada fase pertumbuhan 5” – 10“ kebutuhan air 2,3 ml perhari, total kebutuhan perperiode 22,9 ml. (3) Umur 30-40 hst pada fase pertumbuhan 10” – 20” kebutuhan air 3,6 ml perhari, total kebutuhan perperiode 38,1 ml. (4) Umur 40-50 hst pada fase pertumbuhan 20” – 50” kebutuhan air 5,1 ml perhari, total kebutuhan perperiode 50,8 ml. (5) Umur 50-60 hst pada fase pertumbuhan 50” – 80” kebutuhan air 5,3 ml perhari, total kebutuhan air perperiode 53,3 ml. (6) Umur 60-70 hst pada fase pertumbuhan 80” – silking kebutuhan air 6,3 mlperhari, kebutuhan total perperiode 63,5 ml. (7) Umur 70-100 hst pada fase silking – grainfill kebutuhan air 8,4 ml perhari, kebutuhan total perperiode 251,5 ml. (8) Umur 100-110 hst pada fase grainfill kebutuhan air kebutuhan air 6,3 ml perhari, total kebutuhan air perperiode 63,5 ml. (9) Umur 110-120 hst pada fase maturity kebutuhan air 5,8 ml perhari, total kebutuhan perperiode 58,4 ml. Dari aplikasi estimasi Rhoads (1986) tersebut pada umur 0 – 120 hari total kebutuhan air untuk tanaman jagung adalah 632,4 ml.
4.8 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung hybrida pada demarea dengan cara kimiawi dan biologis. Jenis hama yang umumnya menyerang pertanaman jagung adalah : (1) Kumbang Katimumul (Holotrichia helleri Brsk.). Uret menyerang akar sehingga pertumbuhan tanaman merana, uter juga menyerang kulit batang menyebabkan tanaman mati. Upaya pengendalian yang dilakukan adalah menangkap dan membunuh langsung kumbang yang ditemukan di areal pertanaman jagung. (2) Ulat Daun. Ulat daun ini memakan daun jagung sehingga daun-daun berlubang-lubang tidak teratur.pengendalian dilakukan dengan cara menangkap dan membunuh langsung ulat yang ditemukan di areal pertanaman jagung. (3) Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis). Hama ini menyerang pada tanaman jagung masih muda. Tanaman jagung yang terserang mengakibatkan tanaman menjadi roboh dan pada bagian pangkal batangnya terdapat bekas gigitan ulat. Pengendalian yang dilakukan sama yakni menangkap dan membunuh langsung ulat penggerek yang ditemukan di areal pertanaman jagung. (4) Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn.). Tanaman muda lebih disukai oleh hama ini daripada tanaman yang sudah tumbuh dewasa. Tanaman yang terserang akan patah, layu dan terkulai sehingga tanaman mati. Upaya pengendalian sama dengan hama-hama tersebut diatas yaitu dengan menangkap dan membunuh langsung ulat yang ditemukan di areal pertanaman jagung. (5) Ulat Tongkol (Heliotis armigera). Ulat tongkol ini menyerang buah jagung atau tongkol dengan cara memakannya sehingga kelobot dan biji tongkolnya menjadi rusak. Pengendalian dilakukan dengan cara membuang tongkol yang di serangnya. Dan (6) Belalang. Belalang menyerang daun jagung dengan cara memakannya, biasanya memakan daun mulai dari pinggir/tepi daun.
Penyakit yang ditemukan menyerang tanaman jagung selama demarea yaitu bulai jagung (Peronosclerospora maydis). Gejala serangan yang ditimbulkan adalah pertumbuhan tanaman kaku dan merana, terdapat spora di bagian bawah daun berwarna putih, dan terdapat garis cokelat sejajar dengan tulang daun. Pengendalian yang dilakukan untuk penyakit bulai adalah dengan cara mencabut tanaman yang terserang.
4.9. Panen Jagung Hybrida
Ciri jagung sudah siap dipanen adalah umur tanaman jagung sudah maksimal, buah jagung telah masak fisiologis, kadar air biji kurang dari 28%, pada dasar biji jagung terdapat lapisan berwarna hitam, biji keras dan bila ditekan dengan kuku tidak tergores, serta daun kelobot telah kering 85%. Panen merupakan tahap awal yang penting dari seluruh rangkaian penanganan pasca penanaman jagung karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Panen terlalu awal menyebabkan jumlah butir muda banyak sehingga mutu biji dan daya simpannya rendah. Sebaliknya terlambat panen dapat mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil. Pemanenan jagung di demfarm dilakukan pada umur tanaman 111 hari setelah tanam.
Cara panen jagung yang masak fisiologis adalah dengan cara mematahkan tangkai buah jagung atau tongkol dengan tangan. Pemanenan dilokasi demfarm dilaksanakan pada tanggal 20 November 2014. Pemanenan terlebih dahulu dilakukan pada tanaman sampel ubinan dengan ubinan ukuran 2,5 x 2,5 meter dengan cara mematahkan tangkai tongkol jagung. Pengubinan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Tengah didampingi oleh PPL Desa Sepakek. Data ubinan sebagai berikut; tinggi tanaman 310 cm, panjang tongkol 20,2 cm, lingkar tongkol 18,8 cm, baris per tongkol 18, dan biji per baris 45.
Pengubinan dilakukan ditiga lokasi yaitu ubinan pertama dilahannya Pak H. Abu Bakar dengan hasil ubinan 17,5 kg atau 28 ton/hektar, ubinan ke-2 dengan hasil ubinan 17,04 atau 27,264 ton/hektar dan pengubinan ke-3 dilokasinya Pak Zaenal dengan hasil ubinan 17,09 kg atau 27,34 ton/hektar. Rata-rata hasil ubinan jagung pada demfarm jagung hybrida pioneer 27 di P3A Raji Mas sebesar 27,5 ton/hektar tongkol kering panen. Produksi rata-rata dilahan demfarm sebesar 22 ton/ha tongkol kering panen. Keberhasilan budidaya tanaman jagung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: faktor alam (curah hujan, kesuburan tanah, kondisi lingkungan penanaman, ketersediaan air dan lain-lain), faktor teknis budidaya (ketepatan dosis pemupukan, ketepatan pengukuran jarak tanam, kedalaman lubang tanam dan lain-lain) dan faktor terakhir adalah faktor manusia (keseriusan dan kedisiplinan dalam berbudidaya)
Hal-hal yang menjadi kelemahan dan harus diperhatikan kembali saat akan melakukan budidaya jagung adalah: Ketepatan Pengukuran jarak tanam, hal ini berpengaruh terhadap ketepatan dosis pupuk, ketepatan perhitungan hasil panen dan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang berimplikasi pada produksi jagung itu sendiri. Selain itu kesungguhan dan keseriusan yang berbudidaya (human), dan juga ketepatan dalam pengamatan tanaman (interaksi human dengan tanaman) sehingga didapati keputusan perlakuan yang tepat untuk tanaman.
5. Analisa Usaha Tani
Untuk melakukan analisa usaha tani jagung dilakukan dengan menghitung nilai Break Event Point (BEP), Benefit/Cost (B/C) Ratio, dan Return of Investmen (ROI). Total biaya usaha tani (biaya tenaga kerja + saprodi) adalah Rp. 6.116.000,00, hasil produksi petani 22.000 Kg tongkol. Harga jual jagung saat itu Rp. 1.350/ Kg jagung tongkol. Total pendapatan petani Rp. 29.700.000,00 per hektar. Pendapatan bersih (keuntungan) yang diterima petani Rp. 29.700.000 – 6.116.000 = Rp. 23.584.000,00.
Dari perhitungan diatas, selanjutnya dihitung nilai BEP, B/C Ratio dan ROI terhadap usahatani budidaya jagung yang dilakukan oleh petani. BEP volume produksi = (Total biaya / Harga produksi) = (6.116.000 / 1350) = 4530,4.
Titik balik modal budidaya jagung hybrida selama satu musim tanam akan tercapai jika produksi mencapai 3715,5 kg/ha jagung tongkol kering panen. BEP harga produksi = (Total biaya / volume produksi) = (6.116.000 : 22.000) = 278.
Titik balik modal dalam budidaya jagung hybrida selama satu musim tanam akan tercapai jika produksi dijual dengan harga Rp. 278 per Kg. (B/C) Ratio = (Hasil Penjualan / Total biaya) = (29.700.000 / 6.116.000) = 4,86.
(B/C) Ratio tersebut menunjukkan bahwa budidaya jagung hybrida selama satu musim tanam layak dilakukan karena nilai B/C Ratio > 1. Return of Investmen (ROI) = ( Keuntungan / Total biaya) x 100% = ( 23.584.000 / 6.116.000) x 100% = 386%. Return of Investmen (ROI) sebesar 386% berarti dari setiap pengeluran Rp 1 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 3,86.
6. Penutup
Data dari BPS NTB (2014) menyebutkan bahwa produksi jagung berdasarkan angka tetap 2014 adalah sebesar 785.864 ton pipilan kering, jumlah produksi ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan produksi pada tahun 2013 yang mencapai angka 633.733 ton. Peningkatan jumlah produksi ini disebabkan karena meningkatnya luas panen jagung tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013. Pada tahun 2014 luas panen meningkat sebanyak 16.304 ha, yaitu dari 110.273 ha menjadi 126.577 ha. Naiknya produksi ini juga disebabkan oleh naiknya produktivitas jagung. Produktivitas jagung meningkat 8,03% dari 57,47 kw/ha pada tahun 2013 menjadi 62,09 kw/ha pada tahun 2014. Sedangkan menurut hasil penghitungan angka ramalan I, produksi jagung pada tahun 2015 diramalkan akan naik dibandingkan tahun 2014. Produksi jagung naik menjadi 1.031.160 ton atau naik sebesar 31,21%. Peningkatan produksi jagung disebabkan karena luas panen yang meningkat dari 126.277 hektar pada tahun 2014 menjadi 157.567 hektar pada tahun 2015.
Menteri Pertanian RI dalam berita yang direlease Jakarta Post Sore (4/5/2015) lalu mengungkapkan bahwa “Unggas, terutama daging ayam dan telur, menyumbang lebih dari 50% sumber protein bagi masyarakat. Potensi Indonesia untuk berswasembada jagung sangat besar. Namun, saat ini Indonesia masih mengimpor jagung untuk memenuhi industri pakan ternak sekitar 3,5 juta ton per tahun,” Selanjutnya untuk tahun 2015 yang lalu pemerintah menetapkan sasran produksi sebesar 20,313 juta ton. Untuk mencapai swasembada jagung tersebut pemerintah telah mencanangkan pertambahan luas tanam 1 juta hektar melalui program GPPTT jagung seluas 102 ribu hektar dan bantuan benih jagung bersubsidi seluas 100 ribu hektar.
Setelah padi, jagung memang menjadi salah satu komoditas andalan Pemerintah Provinsi NTB. Melalui program Pijar atau akronim dari sapi, jagung, dan rumput laut yang digalakkan sejak 2008, pengembangan jagung di NTB gencar dilakukan. Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura NTB Budi Subagio mengatakan, produksi jagung NTB meroket dari sebelum adanya program Pijar sebesar 350.000 ton menjadi 785.864 ton pada 2014. “Jagung dipilih sebagai komoditas unggulan karena mudah dibudidayakan, potensi lahan NTB yang luas dan iklim yang cocok, serta pasar yang terbuka lebar,” katanya. Selain di Kabupaten Sumbawa dan Dompu, sentra jagung terdapat di Kabupaten Lombok Timur. Pemprov NTB pun tengah berupaya mengundang investor untuk membuka pabrik pakan ternak di NTB. Selain mendekatkan pasar dan upaya hilirisasi komoditas, keberadaan pabrik juga akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian NTB. (Kompas.Com, 7/4/2015).
Praktek ujicoba budidaya jagung hibrida yang telah dilakukan oleh perkumpulan petani pemakai pada daerah irigasi jurang sate tersebut dapat dijadikan acuan bagi pemrov NTB dan pemkab Lombok Tengah untuk menjadikan kabupaten ini menjadi salah areal pengembangan jagung nasional. Dukungan kesesuaian agroekosistem dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Berbeda dengan sentra jagung di pulau sumbawa yang mayoritas lahan hanya dapat dimanfaatkan pada musim penghujan saja, Lombok Tengah memiliki keunggulan potensi lahan beririgasi yang luas untuk pengembangan komoditas jagung. Jagung dapat dijadikan sebagai komoditas pengganti tenaman tembakau dan kedelai yang belum dapat mensejahterakan masyarakat petani. (amaq & inaq seruni, 2/4/2016).