Monthly Archives: September 2017

Siklus Ekonomi Daerah Irigasi Batu Bokah – Lombok Tengah

sasaqgagah – Jumlah penduduk yang mendiami DI Batu Bokah tercatat sebanyak 4.785 jiwa (BPS, 2012) dengan jumlah rumah tangga 1.401 yang terdiri dari 2.291 jiwa penduduk laki-laki dan 2.494 jiwa penduduk perempuan sehingga rasio jenis kelaminnya (sex ratio) menjadi 92 dan rata-rata anggota rumah tangga 3 orang. Ini menunjukkan setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 92 orang penduduk laki-laki.

Selanjutnya jumlah usia produktif (16–64 th) di daerah irigasi Batu Bokah 2.755 jiwa, usia non produktif (10-15 th) 1.909 jiwa, dan 65 tahun ke atas 69 jiwa serta tingkat ketergantungan atau dependency ratio yaitu perbandingan antara usia penduduk non produktif (10-15 tahun dan 60 tahun ke atas) dengan penduduk produktif sebesar 72. Dari kedua indikator ini maka jumlah penduduk produktif di DI Batu Bokah adalah sebesar 2.755 jiwa. Artinya 100 jiwa pendududk produktif akan menanggung sekitar 72 jiwa penduduk non produktif. Berdasarkan luas desa Banyu Urip 21,59 km2 dibandingkan dengan jumlah penduduk 4.785 jiwa maka tingkat pendapatan penduduk sebesar 219 jiwa/km2. Jumlah kelahiran penduduk 71 jiwa ( 32 laki dan 39 perempuan dan jumlah kematian 45 jiwa (26 laki dan 19 perempuan).

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di DI Batu Bokah adalah sebagai petani sebagian besar pendapatan petani berasal dari subsektor pertanian. Struktur mata pencaharian penduduk dirinci berdasarkan jenis pekerjaan di daerah irigasi Batu Bokah tercermin dalam mata pencaharian penduduk adalah yang bekerja di tanaman pangan 798 orang, peternakan 356 orang, petani penggarap 10 orang, industri rumah tangga 58 orang, pedagang 121 orang, jasa angkutan 27 orang, buruh tani 15 orang, guru 37 orang, ABRI 7 orang, tukang jahit 3 orang, tukang cukur 3 orang, tukang kayu 16 orang, tukang batu 19 orang, pemborong 8 orang, reparasi 3 orang, ojek 72 orang dan sopir 8 orang.

Jenis industri kecil yang dikembangkan oleh masyarakat masih berskala usaha rumah tangga dengan bahan mentah yang tersedia di wilayah perdesaan. Jenis industri yang sudah dikembangkan oleh penduduk adalah industri pembuatan batu bata 9 buah, industri genteng 8 buah, tenun 35 buah, gerabah 14 buah, industri makanan 4 buah, usaha pembuatan kerupuk 11 buah, minyak kelapa 59 buah dan mebeler kayu 3 buah. DI Batu Bokah yang berada di kawasan HKm Mareje Bonga menyimpan jenis-jenis bebatuan yang baik untuk material bangunan dan kerajinan. Bebatuan padas secara kontinyu menyediakan material untuk pembangunan perumahan dan sumber daya air.

Kondisi sosial masyarakat di DI Batu Bokah pada umumnya terus mangalami perbaikan sejalan dengan pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan pemerintah. Perubahan-perubahan sosial yang semakin maju/baik terjadi sebagai akibat dari keberhasilan pembangunan di bidang sosial dan ekonomi. Sarana dan prasarana bidang pendidikan, kesehatan, sosial kemasyarakatan lainnya semakin banyak dan tersebar sehingga masyarakat semakin mudah untuk mengaksesnya.
Berdasarkan data statistik jumlah sekolah TK 1 buah dengan jumlah siswa 48 orang dan guru 2 orang, SD non Inpres 1 buah dengan jumlah murid 205 dan guru 8 orang, SD Inpres 2 buah dengan jumlah murid 388 dan guru 24 orang, Madrasah Ibtidaiyah 2 buah dengan jumlah murid 125 dan guru 18 orang, dan MTS 1 buah dengan jumlah murid 156 dan guru 17 orang.

Partisipasi masyarakat untuk memajukan dunia pendidikan semakin nyata hal ini dapat dilihat dari keberadaan lembaga pendidikan agama (MI dan MTs) semakin banyak dan menyebar di setiap dususn, dimana untuk lembagai pendidikan jenis ini sebagian besar merupakan swadaya masyarakat. Tingkat pendidikan petani yang tinggi tidak menjadi jaminan untuk dapat mengakses inovasi teknologi usahatani. Pendidikan formal harus didukung oleh pendidikan informal antara lain adalah pelatihan-pelatihan. Keinginan petani untuk mengakses teknologi usaha tani terus meningkat seiring dengan meningkatnya persaingan global yang menuntut petani untuk dapat menghadirkan produk-produk usaha tani yang sesuai dengan permintaan pasar. Pelatihan-pelatihan yang sedang giat-giatnya dilakukan oleh petani adalah pelatihan sistem budidaya hortikultura polynasi.

Sumber air utama daerah irigasi Batu Bokah, berada di sungai embung Batu Bokah yang menampung aliran air dari mata air – mata air di dalam kawasan hutan produksi Mareje Bonga. Embung Batu Bokah sendiri dibangun pada tahun 1993 dan baru direhab pada tahun 1999. Berdasarkan data operasional debit tahun 2008 – 2013 yang di alirkan di saluran induk / utama Batu Bokah berkisar 1,2 – 2,0 m3/dt, untuk mengairi areal seluas 305,5 hektar.

Secara makro, sistem jaringan irigasi Batu Bokah merupakan jaringan yang berdiri sendiri. Sistem irigasi Batu Bokah terdiri dari bendung/embung, saluran primer/utama, saluran sekunder, saluran tersier, saluran kwarter, dan bangunan-bangunan irigasi. Bendung terdapat sebanyak 1 buah yaitu bendung Batu Bokah yang memiliki kapasitas debit di intake 2,0 m3/dtk, saluran primer/utama sepanjang 500 meter, saluran sekunder sepanjang 1500 meter, dan pintu bagi 3 buah.
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.

Pola operasi di DI Batu Bokah mengikuti pola O&P yang baku dan telah ditetapkan oleh Dinas/Instansi yang membidangi irigasi. Giliran pembagian air disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Berikut ini adalah hasil dari kegiatan OP/PAI yang telah dilakukan. Dari pemeriksaan Belangko isian OP di tingkat Pengamat Pengairan Batu Bokah didapatkan hasil yang sangat memuaskan.

Perhitungan kebutuhan air untuk DI Batu Bokah berdasarkan formulasi yang dibuat oleh Ir. Th. Van Manen dalam bukunya “Irrigations in West Indies” adalah sebagai berikut :
A. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah : ½ bulan pertama 1,0 lt/dt/ha, 11/2 bulan berikutnya 1,2 lt/dt/ha, 21/2 bulan berikutnya 0,8 l/dt/ha, ½ bulan berikutnya 0,4 lt/dt/ha.
B. Dengan demikian kebutuhan air untuk tanaman padi pada MT-2 adalah : ½ bulan pertama = 1 x 305,5 ha x 1 = 305,5 lt/dt/ha, 11/2 bulan berikutnya = 1 x 305,5 x 1,2 = 366,6 lt/dt/ha, 21/2 bulan berikutnya = 1 x 305,5 x 0,8 = 244,4 lt/dt/ha, dan ½ bulan berikutnya = 1 x 305,5 x 0,4 = 122,2 lt/dt/ha.

Kepengurusan P3A/GP3A dapat berasal dari petani anggota yang memenuhi kriteria sebagai pengurus berdasarkan ketentuan AD/ART organisas. Mekanisme pemilihan pengurus merupakan kesepakatan bersama yang diputuskan melalui rapat anggota.

Perkembangan organisasi berdasarkan Permentan No. 79/PRT/M/2012 bahwa sampai saat ini telah memiliki AD/ART. Status AD/ART saat ini sudah disahkan oleh Bupati Lombok Tengah. GP3A Beriuk subur dibentuk pada tahun 2006 dengan nomor Akta Notaris No : 05 Tanggal 07 Mei 2010 Notaris A. Azis Saleman, SH dan No. NPWP 03.064.345.6-915.000.

Permasalahan – permasalahan yang dijumpai selama TPM melakukan orientasi lapangan adalah sebagai berikut : 1) Pintu intake bendung Batu Bokah tidak bisa beroperasi dengan baik atau tidak bisa dibuka dan ditutup, 2) Saluran pembawa mengamali kerusakan yang sangat berat, keadaan ini menghambat pelayanan air bagi petani anggota, 3) Masih lemahnya kemampuan organisasi P3A, termasuk belum terlegalisasinya organisasi, 4) GP3A masih belum memiliki balai pertemuan yang tetap, dan 5) Masih rendahnya usaha diversifikasi produk pertanian terutama komoditas hortikultura. (06/08/2017).

Profil Daerah Irigasi Batu Ngapah – Kabupaten Lombok Tengah

 

 

Deskripsi

sasaqgagah – Daerah Irigasi Batu Ngapah (650 Ha) secara hidrologis berada pada bentang alam DAS Renggung yang berbatasan langsung dengan samudera hindia. Secara administratif daerah layanan DI Batu Ngapah meliputi Desa Kidang dan Desa Bilelando. Jumlah penduduk yang mendiami DI Batu Ngapah tahun 2016 adalah 6.145 jiwa yang terdiri dari laki-laki 3.070 jiwa dan perempuan 3.075 jiwa, dan 2.038 KK.

Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi masyarakat didominasi oleh pertanian (1438 jiwa) dan diikuti oleh sektor ekonomi lainnya yaitu buruh tani (379 jiwa), pedagang (146 jiwa), tukang kayu (32 jiwa), tukang
batu (67 jiwa), bengkel (12 jiwa), Aparatur Sipil Negara (46 jiwa), TNI/POLRI (16 jiwa), pegawai swasta (36 jiwa), pengrajin (412 jiwa), nelayan (37 jiwa), sopir (66 jiwa) dan guru swasta (66 jiwa).
Berdasarkan kriterianya penduduk yang mendiami DI Batu Ngapah terdiri atas penduduk berjenis kelamin laki-laki 3.129 jiwa, penduduk berjenis kelamin perempuan 3.340 jiwa, dan jumlah kepala keluarga 2.052 KK.

Struktur Umur

Penduduk DI Batu Ngapah didominasi oleh penduduk umur 6 – 13 tahun (1854 jiwa) sedangkan kelompok umur yang masuk usia produktif 22 – 60 tahun berjumlah 1571 jiwa dan usia tidak produktif umur 0 – 21 tahun (4.898 jiwa). Jika dibandingkan antara kelompok umur produktif dan tidak produktif maka DI Batu Ngapah memiliki jumlah penduduk tidak produktif lebih besar dari usia produktif.

Berdasarkan klasifikasi kesejahteraan maka penduduk yang mendiami DI Batu Ngapah didominasi oleh penduduk miskin 1054 KK, sedangkan jumlah KK sangat miskisn (221 KK), jumlah KK dengan tingkat kesejahteraan sedang 573 KK, dan jumlah KK yang masuk dalam klasifikasi kaya 204 KK.
Tingkat pendidikan penduduk yang mendiami DI Batu Ngapah umumnya masih rendah, jumlah penduduk yang berpendidikan SD dan setara paket A adalah 2645 jiwa (40,875%), yang tidak pernah sekolah 1322 jiwa (20,43%). Dari gambaran tingkat pendidikan penduduk yang mendiami DI Batu Ngapah maka sumber daya mansuia (SDM) masyarakat masih tergolong rendah. Keadaan SDM yang rendah akan dapat menghambat pembangunan bidang irigasi, kecuali diikuti dengan pengembangan pelatihan-pelatihan dan upaya pendampingan yang berkesinambungan.

Kondisi Teknis

DI Batu Ngapah memiliki panjang saluran primer 2973 m merupakan pasangan batu kali yang kondisinya baik 888,0 m (30%) dan yang kondisinya rusak 2085,0 m (70%). Panjang saluran sekunder yang ada 2500 m berupa pasangan batu kali 1600 m (64%) dan saluran tanah 900 m (36%). Untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi maka dibutuhkan keberadaan bangunan irigasi.

Kinerja OP

Rencana tata tanam (RTT) di DI. Batu Ngapah disusun dengan melibatkan partisipasi masyarakat. RTT dibutuhkan dalam rangka penyusunan sistem golongan dan rencana pembagian air serta menyusunan rencana pemeliharaan jaringan irigasi. Jumlah kelembagaan petani pemakai air 5 unit terdiri dari 1 unit GP3A dan 4 unit P3A (data BWS, 2017).

Permasalahan Daerah Irigasi

Permasalahan yang ada di DI Batu Ngapah sangatlah beragam, pada laporan pendahuluan ini akan dibagi berdasarkan aspek sosial – ekonomi, teknis irigasi, dan kelembagaan.
Permasalahan pada aspek sosial – ekonomi meliputi : 1) rendahnya tingkat pendidikan masyarakat petani, 2) hilangnya kearifan lokal seperti gotong royong dan besiru, 3) kurangnya rasa memiliki atas infrastruktur irigasi yang dibangun oleh pemerintah, dan 4) masih tingginya angka kemiskinan penduduk.

Permasalahan pada aspek teknis irigasi adalah sebagai berikut : 1) Menurunnya debit air di bendung Batu Ngapah, 2) Tingkat kerusakan jaringan baik di saluran utama, sekunder dan tersier yang parah, dan 3) Tidak efisiennya penggunaan air irigasi di tingkat usahatani.
Pada aspek kelembagaan permasalahan yang umum dijumpai di DI Batu Ngapah adalah sebagai berikut : 1) Masih lemahnya kemauan masyarakat dalam membayar iuran irigasi, 2) dengan adanya pemekaran P3A dan rasionalisasi wilayah dengan DI Kulem maka kelembagaan P3A yang terbentuk belum memiliki legalitas, 3) Masih tingginya intensitas konflik terkait persoalan air irigasi dan tata tanam, dan 4) P3A/GP3A belum memiliki sekretariat.(06/09/2017)