Daily Archives: 29 Agustus 2015

ADAT PERKAWINAN SUKU SASAK (Bagian 4)

amaq seruni*

merarik 8Aji Krame
Dengan masuknya agama Islam, pranata kehidupan sosial masyarakat Sasak disesuaikan menurut syari’at-syari’ayt islam termasuk didalamnya tentang aji krame dalam suku Sasak. Lambang-lambang adat yang telah disesuaikan dengan syari’at islam sangatlah banyak, namun khusus untuk aji karma ada 2 hal yang penting yaitu;
1. Nampak Lemah, dan
2. Olen.

Sesungguhnya aji krame merupakan nilai harapan dari sebuah kehidupan yang akan dating, dimana disetiap kelahiran agar memahami nilai minimal aspek-aspek penunjang kebaikan dunia akhirat. Harapan nilai minimal diukur dari nilai Nampak lemah, bahwa semakin tinggi nilai lampak lemah maka semakin tinggi pula nilai minimal yang hendak diraih.

Sedangkan olen merupakan pelengkap dari nilai-nilai pada Nampak lemah. Jika ditinjau dari segi duniawi, Nampak lemah artinya ” awal menyentuh tanah” yang berarti awal dari sebuah kelahiran, dimana kelahiran tersebut memiliki nilai (yaitu harkat dan martabat) sehingga ini merupakan dasar Nampak lemah tersebut dilambangkan dengan Emas, Perak, perunggu dan Uang.

Kelahiran tersebut sangat penting untuk dilindungi agar terhindar dari panas, dingin, debu dan tabu (aib) maka dibuatlah perlindungan yang disebut “OLEN”. Olen adalah lambing busana yang maksudnya adalah agar si lelaki yang telah berumah tangga (sebagai kepala keluarga) harung bertanggung jawab atas pengadaan busana untuk istri dan anaknya nanti,

Dari segi filosofi, Nampak lemah sebagai lambang kelahiran bahwa kelahiran tersebut yang diibaratkan sebagai kertas putih yang masih kosong tidak memiliki pengetahuan. Kekosongan ini harus diisi oleh setiap kelahiran sebagai bahan atau bekal pertanggungjawaban pada sang pencipta, tentunya dengan mempelajari kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim untuk dilakukan sehingga nilai-nilai minimal tersebut tercapai bahkan melebihi segalanya.
Selain dari yang bersifat wajib, dapat juga yang perlu dilakukan yang nantinya dinilai sebagai amal saleh dan ini yang dilambangkan dengan Olen. Jadi Olen sebagai pelengkap akan memiliki nilai sendiri dalam kehidupan duniawi menuju akherat.

Dari segi bahasa Aji Krama terdiri dari kata Aji berarti harga atau nilai, dan Krame berarti aturan. Jadi Aji Krame merupakan suatu nilai atau harga sosial masyarakat yang telah diatur dalam adat berdasarkan srata/tingkatan pada psoses perkawinannya.

Dalam menentukan aji krame, tidaklah mesti aji krame ini mengikuti aji krame pihak laki-laki atau aji krame pihak wanita tetapi mengikuti aji krame yang sudah berlaku yang menurut aturannya. Jenis aji krame berdasarkan nilainya, yaitu :
1. Raden (Utama) = 100
2. Permenak (Madya) = 66
3. Perbape Nyame (Madya) = 66
4. Perbape Perwangse (Madya) = 60
5. Jajar Karang (Nista) = 33
– Kawula = Selakse Samas
– Panjak Pirak = Pituq Telongatak.

Disamping itu juga, masyarakat Sasak mengenal yang namanya Tri Wangsa (3 Klasifikasi) Jajar Karang, yaitu :
1. Pemandes = Aji krame selakse samas.
2. Kawula = Aji krame selakse samas.
3. Panjak Pirak = Pituq telongatak.
Makna aji krame Selakse Samas, adalah
– Nampak lemah selakse = 10.000
– Pemegat samas = 400
– Olen-olen telu likur = 23
Makna aji krame Pituq telongatak, adalah
– Nampak lemah pituq = 7.000
– Pemegat telongatak = 300
– Olen-olen enam likur = 26

Nampak Tilas (Silaturahmi)
Nampak tilas (bahasa sasak = Bales ones nae) adalah acara silaturrahmi keluarga dekat dari kedua belah pihak mempelai. Dimana pihak keluarga penganten laki-laki mendatangi rumah penganten wanita dan dilakukan pada 2 – 3 hari setelah acara penyongkolan. Kedua keluarga saling mengenal lebih dekat lagi serta adanya pembahasan tentang kedua penganten tersebut dalam menempuh hidup baru.

*) Penyunting adalah sekretaris Pengemban Budaya Adat Sasak (PEMBASAK) Lombok Tengah

ADAT PERKAWINAN SUKU SASAK (Bagian 3)

amaq seruni*

merarik 6Upacara Sorong Serah Aji Krame

Dalam penyelenggaraan upacara sorong serah aji krame sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya dipimpin oleh juru wicara (pembayun jawi) yang berasal dari pihak lelaki dan Pembayun Jero yang berasal dari pihak perempuan. Pembayun Jero dibantu oleh seorang Pengurang dan pembanyun Jawi dibantu oleh seorang Pisolo.
Pengurang, merupakan utusan yang diperintah oleh pembayun dalam (Jero) untuk menyambut sekaligus mengajak/mempersilahkan masuk duta krame untuk masuk ke sidang adat (Lace – lace).

Parigan (Ucapan) Pengurang

Pengurang harus memberi salam agama kepada para tamu yang dilanjutkan dengan panambrame dan dilanjutkan lagi dengan parigan pengurang, yaitu ;
Singgih, karungu suare gong beri datan pegat, gerah gumirih wong negare sami amemoye. Sinten paran kang rauh puniki lan paran karye jeng andike sami.

Dawek pajarne titiang sayowekti denage titiang wruhe.
Singgih, yen jeng andike sami minangke tetami agung skadi pabétre karuhum, nenten jembar titiang humature nanging titiang endawegang jeng andike sami denage sami malebuh.

Singgih sadéréng jeng andike sami malebuh, agung sinampure . . . . ., mapan titiang ngelungsur gaman dise/pembuka jebak rumuhun.

  • Keterangan :
    1) Gaman Dise tersebut dapat berupa tumbak atau uang yang nilainya sama dengan pemenggel.
    2) Tujuan/maksud gaman dise/pembuka jebak ini adalah sebagai bukti kedamaian hingga pihak dari penganten wanita harus menjamin keamanan dan keselamatan semua duta krame dari pihak penganten laki-laki.

Pisolo, merupakan utusan yang diperintah oleh pembayun luar (Jawi) untuk memberitahu tentang kedatangan duta krame dari pihak penganten laki-laki dan sekaligus memohon izin agar duta krame diizinkan untuk masuk ke sidang adat.

Parigan (Ucapan) Pisolo

Ass. . . . . Wr. . . . Wb. . .
Parigan panambrame . . . . . . . .
Parigan aksami . . . . . . . . . . . . .
Singgih, mapan awinané titiang sareng sami humarek, sadye humatur pawikan.
Mapan Dané pembayun mesareng prasamie Dané linggih krame, pacang humarek, sampun rawuh, duk mangké samie ngantos hing jawi.
Ngelungsur daweg, baye kasidén yen pembayun make miwah sarengé jagi humarek mangkin.

Singgih, yen kasidén, titang sareng sami puniki anede hamit, pacing humature maring pembayun titiang, Singgih, need Lurgahe..
Wassalamualaikum, wr . . . wb. . . .

Lambang-lambang adat yang biasa muncul dalam upacara sorong serah aji krame dan bersifat umum, antara lain : Léwéng (Piring dari kuningan), Sirah adat (Kain hitam), Sirah agama (Kain putih),
Aji krame, terdiri dari; (1) Sirah aji/otaq bebeli, yaitu sabuk yang mempunyai képéng béreng, (2) Nampak lemah, yaitu dapat berupa uang, emas, perak, selake, dan Olen – olen, yaitu kain / busana, (3) Tedung ngaret, terdiri dari; Penjaruman, Cemeti, Pelombok, Pemonggol, (4) Salin dédé, (5) Cerakén. (6) Tepak (Kecil), (7) Periuk (Kecil), (8) Pemurung, (9) Pemenggel / pemegat, (10) Gaman dise, (11) Kebo turu / keris, (12) Gong alit (Kemong), dan (13) Kotaq, Dll.

Makna Lambang Adat

Makna lambang adat dalam Pudak Sekar, adalah :
1. Salin Dédé
Salin = Ganti / pergantian.
Dédé = Asuh / pengasuhan.
Salin Dédé, berarti kedua mempelai yang dulunya diasuh oleh kedua orang tuanya kini harus berakhir, mereka berdua harus saling asuh, asih, asah sekaligus harus bersiap untuk mengasuh anak keturunannya nanti.
2. Kebo Turu.
Kebo = Kerbau
Turu = Tidur.

Kebo Turu, berarti Kebo merupakan lambang istri yang sehari – hari mengunyah/makan, sementara makanan didatangkan oleh yang Empunya.

Jadi posisi istri adalah menerima nafkah yang didatangkan oleh suami, maka sudah pasti suami bertanggungjawab atas makan minum dalam rumah tangga.

Kebo Turu dilambangkan dengan Keris yang terdiri dari Bilah dan Sarung. Bilah keris dilambangkan sebagai lambang suami sedangkan sarung keris dilambangkan sebagai lambang istri.

Bilah keris yang terbuat dari maléla kenanga, besi, dll adalah sangat bertuah dan mujarab. Ini memberikan makna bahwa suami adalah sebagai kepala rumah tangga, apapun yang dikatakan harus ditaati oleh sang istri. Suami memiliki hak dalam memutuskan sesuatu masalah dalam rumah tangga.

Sedangkan sarung keris sebagai lambang sang istri bermakna bahwa istri harus bisa / pandai menutup segala kekurangan suaminya. Tidak dibenarkan jika istri memamerkan kekurangan, cela / aib suaminya.

3. Ceraken
Ceraken berarti bagian – bagian.
Ceraken adalah sebuah wadah yang dibuat sebagai wadah/tempat obat-obatan / rempah-rempah, artinya tanggungjawab kesehatan bukan lagi pada orang tua melainkan menjadi tanggungjawab keduai mempelai untuk saling memperhatikan kesehatannya serta kesehatan anak cucunya suatu hari nanti.
Ceraken ini terbagi menjadi 9 bagian dan masing-masing bagian berisi rempah-rempah, seperti :
3.1. Jeringo.
3.2. Jahe
3.3. Lada /Merica (bahasa sasak = Sang).
3.4. Kencur/Temu (bahasa sasak = Sekuh/Sekur).
3.5. Cengkeh.
3.6. Cabe tandan (bahasa sasak = Sébie tandan).
3.7. Ketumbar
3.8. Jinten
3.9. Pala / sapulaga.

Ceraken juga menjadi lambang lingkungan yang terdiri beberapa tokoh yang berfungsi sebagai penyelesai masalah, seperti ;
1.1. Keliang/kepala lingkungan, adalah penanggungjawab pemerintahan diwilayahnya.
1.2. Penghulu, adalah penanggungjawab dibidang agama baik itu tentang pendidikan agama maupun pelaksanaannya.
1.3. Penglingsir, adalah penanggungjawab tata aturan social masyarakat dan pembelajarannya.
1.4. Juru arah, adalah yang ditugaskan untuk menyebar informasi kepada masyarakat tentang segala tugas, hak dan kewajiban masyarakat.
1.5. Lang–lang, adalah sebagai penanggungjawab keamanan dalam masyarakat.
1.6. Pembekel, adalah yang diberikan tugas untuk penanggungjawab terkait dengan ekonomi masyarakat.
1.7. Sedahan, adalah yang diberi kuasa bertanggungjawab atas hak tanah masyarakat beserta upetinya.
1.8. Kyai, adalah diberi tugas untuk memimpin acara – acara keagamaan.
1.9. Pekasih, adalah yang bertanggungjawab pada bidang pertanian.
Jadi tokoh – tokoh tersebut diatas dapat diartikan sebagai obat dalam kehidupan masyarakat, karena jika ada suatu masalah dalam kehidupan masyarakat maka tokoh-tokoh tersebut yang mereka hubungi untuk memperoleh penyelesaian/soalusi.
4. Tepaq (wadah terbuat dari tanah).
Merupakan sebuah wadah / tempat air untuk memandikan bayi. Disini ada upaya pengenalan secara alami terhadap unsure – unsure kehidupan, seperti : Api, Air, Angin dan Tanah.
5. Periuk
Sebagai alat untuk mengambil air, yang pengenalan unsurnya sama dengan Tepaq. Hanya saja periuk diibaratkan sebagai sang ayah sedangkan tepaq diibaratkan sebagai ibu.
6. Pemurung / Semprong
Pemurung merupakan lambang memasak. Pemurung digunakan untuk meniup api dan diberikan pada wanita/istri. Dengan demikian wanita/istri adalah yang bertanggungjawab dalam hal masak memasak.

*) Penyunting adalah Sekretaris Pengemban Budaya Adat Sasak (PEMBASAK) Lombok Tengah